Saat ini seringkali terdengar kalimat, bijaklah dalam menggunakan medsos alias media sosial. Seakan mengingatkan kita semua, berpikirlah dua kali sebelum jari bertindak mengetik di medsos.
Kemajuan teknologi dan mudahnya setiap orang membeli dan memiliki alat komunikasi berbentuk gawai atau gadget kata lain dari telepon genggam atau handphone, maka seenaknya juga jari mengetik huruf per huruf.
Ditambah lagi penggunaan fasilitas internet, untuk interaksi sosial dan menjangkau belahan dunia manapun, berpetualang dan mengenal dunia maya, susi, ani, fransiska sebagainya.
Berlanjut dengan komentar bertebaran, upload beterbangan, status berhamburan, mulai iseng, serius, santuy, dilakoni netizen, buzzer, uploader, pekerja, hobbies, ibu rumah tangga, pelaku usaha, pebisnis, politikus dan profesi lainnya yang aneka lakon pelaku sosmed.
Berpikir dua kali sebelum berakibat fatal mengisyaratkan bijak dalam ber-medsos. Ingin demikian, Tentu ada rambu-rambu yang mestinya diingat dan patri di benak.
Lebih spesifik dilontarkan pada artikel bijak dalam bermedsos, ialah aturan tak tertulis ketika keinginan muncul untuk mengomentari status orang lain. Pertama, berikan komentar sesuai konteks permasalahan dari status dibuat.
Tahapan lain, ialah jangan mengungkit hal di luar permasalahan. Karena, justru itu hanya membikin menyesatkan komentator lainnya, membuka lembaran baru, membicarakan hal tidak ada hubungannya dengan masalah.
Paling prinsipil menyangkut masalah pribadi dibawa ke ranah komentar status orang lain. Misal, topik pembahasan covid-19 tapi merembet pribadi dan privacy pembuat status yang malah dijadikan topik. Kesimpulannya, hindari menyerang pribadi seseorang melalui sosmed.
Bijak bermedsos bisa dilihat, dibaca, disaksikan dari tata bahasa pelaku sosmed. Kata tak beraturan, tak terarah,tak jelas, asal sembur, asal bunyi, asal-asalan.
Gunakan bahasa yang sopan setiap kata dan kalimat. Sebab terkadang dan mayoritas, kata dan kalimat mewakili sifat dan sikap seorang pelaku sosmed. Dari kata dan kalimat di sosmed, terdeteksi identitasnya.
Nah, hal cukup mengganjal dan sering menimbulkan pertentangan dan perdebatan. Merasa benar sendiri dengan tidak menghargai atau tak bisa menerima opini orang lain.
Penutup dari bijak dalam bermedsos. Catat. Berpikir sebelum bertindak. Pikirkan dampak positif dan negatifnya.
Maksudnya, sebelum pengambilan keputusan untuk komentari status orang lain di sosmed, pikirlah akibat bakal terjadi, bila komentar kita kemukakan di sosmed lalu jari bermain di keypad.
Sekarang ini nampaknya tidak ada lagi mulutmu adalah harimau. Mengapa? Harimau sudah mulai ompong tidak lagi bergigi. suara harimau dibungkam dan terbungkam.
Orang lebih banyak berbicara dan ekspresikan kata hati menggunakan jari. Katajari lebih berbicara daripada kata mulut. Semoga katajari bisa menyampaikan aspirasi, mewakili dan memenuhi suara-suara masyarakat.
Penulis : Iday Mariga