Katajari.com – Lembaga Adat Kerajaan Pulau Laut (LAKPL) Provinsi Kalimantan Selatan memenganugerahkan darjah atau piagam kehormatan kepada Mpu Keris Pande Made Suardika dari Prapen Wesiaji, Banjar Tegal Kuwalon, Sumerta Kaja, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali.
Darjah ini menandai pemberian gelar kehormatan kepada yang bersangkutan sebagai “Ampu Suarna Laut Pulo.”
Darjah diserahkan langsung oleh Ketua Lembaga Adat / Pemangku Kerajaan Pulau Laut, Al Hajj Gusti Rendy Firmansyah, di Denpasar, Selasa (16/8/2022), bertepatan dengan memenuhi undangan rangkaian kegiatan peringatan HUT RI ke 77, Rabu (17/8/2022) di Pemprov Bali bersama para raja, sultan, kedatuan dan lembaga adat pemangku kerajaan se nusantara melalui fasilitasi organisasi Masyarakat Adat Nusantara (MATRA) yang diketuai oleh YM Mangku Alam II KPH Wiroyudo.
Gusti Rendy yang dikonfirmasi menerangkan, pemberian gelar kehormatan/darjah sebagai penghargaan Lembaga Adat/ Pemangku Kerajaan Pulau Laut terhadap Pande Gd Suardika sebagai mpu keris.
Kiprahnya selama hampir dua dekade menunjukkan kesetiaan dan keteguhannya menjalani tradisi leluhur. Tidak hanya meneruskan, ia juga dinilai melakukan revitalisasi sehingga tradisi lama selaras dengan langgam era terkini.
“Nah, kami terinspirasi kiprah bli Pande, ingin menularkannya kepada masyarakat Pulau Laut agar generasi penerus teguh menjaga tradisi leluhur” ujar Gusti Rendy yang juga menyandang gelar budaya Sri Baginda Raja Gusti Martainsari pada tahun 2012 silam.
Gusti Rendy juga menyampaikan, sesungguhnya Dewan Kerajaan Pulau Laut telah menetapkan penyerahan penganugerahan gelar kehormatan ini pada 2020 lalu.
Namun karena pembatasan gerak dan jarak berkait pandemi, penyerahan yang sedianya diselenggarakan di Pulau Laut Kota Baru Kalsel, pun tertunda.
“Hari ini saya menyempatkan diri datang untuk menyerahkan darjah ini langsung, sekaligus melepas kerinduan terhadap Bli Pande dan keluarga Prapen Wesi Aji di Tanah Bali,” imbuh Gusti Rendy.
Gusti Rendy menerangkan bahwa hubungan dirinya dan Pande Suardika serta keluarga besar prapen sudah berlangsung hampir 12 tahun.
Selama itu, komunikasi yang terjadi dan terjalin banyak berkait tentang semangat dan keteguhan mengawal tradisi leluhur.
Ketika dirinya dinobatkan sebagai Pemangku Kerajaan Pulau Laut, Gusti Rendy pun meminta Dewan Lembaga Adat Kerajaan untuk mengkaji pemberian anugerah kehormatan ini.
Nilai Universal dari Tradisi
Bagaimana tanggapan Pande Suardika terhadap anugerah?
Pande Suardika menyatakan bahwa dirinya merasa mendapat kehormatan yang luar biasa.
“Selaku pribadi, sekaligus selaku wakil keluarga besar Prapen Wesiaji, saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas anugerah ini. Semoga segala niat dan langkah yang telah dan akan dijalankan membuahkan manfaat sebesar-besarnya bagi pencarian jati diri dari siapa pun yang mencarinya melalui jalan yang telag dirintis oleh para leluhur,” ujarnya.
Pande menegaskan bahwa pilihan bersetia pada tradisi leluhur bukan berarti menjalankan begitu saja apa yang dilakukan di masa lalu, melainkan merevitalisasinya sehinga spirit dari tradisi tersebut tetap hidup sekalipun bentuk dan langgamnya berubah menyesuaikan perkembangan jaman.
“Jika kita sungguh-sungguh memasuki ke akar tradisi, niscaya kita menemukan nilai-nilai spiritual maupun kemanusiaan yang berlaku universal,” tegas Pande.
Kerajaan Kepangeranan Pulau Laut adalah suatu wilayah yang di masa lalu merupakan kerajaan berdaulat atas Pulau Laut dan Pulau Sebuku di lepas pantai bagian tenggara pulau Kalimantan (sekarang Kabupaten Kotabaru).
Sebelumnya pusat kerajaan berada di daerah aliran sungai Kusan, di tenggara Kalimantan Selatan yang disebut Kerajaan Kusan, setelah dipindah ke Pulau Laut, rajanya bergelar Raja Pulau Laut I Pangeran Djaya Sumitra bin Pangeran Haji Aji Musa Raja Kusan II.
Raja-raja Kusan dan raja-raja Pulau Laut masih merupakan trah Sultan Sulaiman dari Banjar dan trah dari Sultan Paser, Raja-raja di daerah ini bergelar Pangeran atau Ratu (untuk wanita), karena daerah ini sebenarnya merupakan Vazzal dari Kesultanan Banjar. Anak-anak raja Pulau Laut disebut Gusti (laki-laki) dan Putri (wanita).