Katajari.com – Regenerasi Petani dan Penumbuhan jiwa wirausaha pertanian menjadi fokus dari program Kementerian Pertanian, salah satunya dengan Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang merupakan kerja sama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Selain itu Kementerian Pertanian juga memperkenalkan strategi baru dalam memacu produksi tanaman pangan guna menjaga ketahanan pangan nasional.
Fokus utama adalah memanfaatkan potensi lahan rawa dan pengelolaan sumber air yang efisien.
Tentunya, langkah ini juga diiringi dengan optimalisasi pemanfaatan lahan untuk pertanian, termasuk lahan-lahan rawa yang sebelumnya dianggap tidak produktif.
Maka demi mencapai target perlu adanya kolaborasi, salah satunya melalui peran pemuda.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor.
“Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian,” papar Dedi.
Dukungan SMK-PP Negeri Banjarbaru sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementan dalam mendukung program di atas, salah satunya dengan melakukan sosialisasi optimalisasi lahan rawa kepada petani.
Kali ini sekaligus melakukan panen raya cabai besar di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Senin (18/03/2024).
Salah satu petani yang sukses mengoptimalkan lahan rawa di sekitar lingkungannya adalah Ma’rof al Furqon, seorang petani muda berusia 24 tahun asal Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Ma’rof berhasil mengembangkan pertanian hortikultura di lahan rawa yang tadinya sulit dimanfaatkan.
Salah satu penerima manfaat Program YESS dari Kalimantan Selatan ini menggunakan metode budidaya dengan sistem Surjan.
Melalui sistem ini ia mampu mengoptimalkan lahan rawa untuk membudidayakan 7000 pohon cabai besar bersamaan dengan padi lokal unggul.
“Penggunaan sistem surjan lebih menguntungkan dan efektif, karena bisa mengoptimalkan lahan dengan menanam 2 jenis tanaman dan mendapatkan 2 keuntungan,” jelas Ma’rof.
Pemilihan sistem ini juga meminimalisir risiko kerugian, karena jika salah satu tanaman gagal panen, tanaman lainnya dapat menutupi biaya olah tanah.
Bahkan hingga saat ini, hasil panen cabai yang telah ia raih mencapai sekitar 720 kg cabai merah besar, dengan omset sekitar 36 juta rupiah.
Potensi omset ini diperkirakan akan meningkat menjadi 90 juta rupiah hingga akhir panen.
Hadir di acara ini, Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso menekankan pentingnya mengubah mindset dalam mengelola potensi pertanian untuk dapat mengoptimalkan hasil produksi dalam pertanian.
“Pengelolaan sistem surjan padi dengan cabai secara agribisnis ini sangat menguntungkan.
“Kita perlu merangkul konsep kemandirian pangan untuk keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, mengingat potensi lahan dan lingkungan kita yang begitu luas untuk pertanian,” ujar Budi.
Budi menambahkan Kisah sukses Ma’rof menjadi inspirasi bagi petani lainnya untuk terus menggali potensi lahan rawa.
Dengan pendekatan yang tepat dan penerapan teknologi yang canggih, lahan-lahan yang tadinya dianggap tidak produktif dapat menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan bagi petani dan masyarakat sekitar.
“Ini adalah langkah maju dalam menjawab tantangan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan di Kalimantan Selatan,” pungkasnya.
Selain dihadiri Kepala SMK-PP N Banjarbaru, hadir juga para petani, penyuluh pertanian, serta instansi terkait seperti, Kepala BPP Sungai Tabuk, Camat Kabupaten Sungai Tabuk, Dinas Pertanian Kabupaten Banjar, Bappeda Kabupaten Banjar, dan Project Manager Program YESS PPIU Kalimantan Selatan. (Tim Ekpos SMK-PPN Banjarbaru/kjc)