Katajari.com – Regenerasi petani dan penumbuhan jiwa wirausaha pertanian menjadi fokus dari program Kementerian Pertanian (Kementan), salah satunya dengan Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang merupakan kerjasama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman terus berupaya meningkatkan produksi pangan strategis. Hal ini tentunya perlu dukungan dari SDM pertanian yang memiliki potensi besar yang berasal dari usia produktif.
Secara terpisah, Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa regenerasi petani adalah harga mati yang harus dilakukan.
“Karena petani milenial inilah berperan penting di dalam pembangunan pertanian Indonesia bukan hanya saat ini tetapi 10 hingga 20 tahun ke depan,” sebut Dedi.
Dalam upaya menfasilitasi petani muda di Kalimantan Selatan (Kalsel), Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (SMK-PPN) Banjarbaru selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Provinsi Kalsel terus mengembangkan dan memperkuat program kewirausahaan dan ketenagakerjaan pemuda.
Kali ini Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) di Kalimantan Selatan mengadakan studi banding bagi petani muda cabai ke Jawa Timur.
Kegiatan ini berlangsung pada Minggu-Rabu, 28-31 Juli 2024, dengan tujuan untuk mempelajari berbagai praktik sukses dalam pertanian modern.
Para petani muda ini diajak untuk belajar mengenai pelajaran dari pengalaman sukses dan studi banding ke Petani Sukses di P4S Pujon Kidul.
Selain itu, mereka juga mendapatkan pengetahuan mengenai korporasi dan pembinaan petani muda sukses di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang bersama Direktur Polbangtan Malang. Mereka juga mengunjungi petani cabai dan paprika serta koperasi petani milenial di Pasuruan.
Budi Santoso, Kepala SMK-PP N Banjarbaru sekaligus penanggung jawab Program YESS di Kalimantan Selatan, menyampaikan harapannya agar para petani dapat menerapkan visi bertani cabai secara modern.
Dengan menggunakan smart farming dan smart greenhouse serta dapat mencari Solusi terhadap permasalahan di lapangan terkait pupuk dan permodalan.
“Petani muda diharapkan bisa menerapkan pertanian yang efektif, efisien, dan menguntungkan. Petani bisa mencari modal melalui CSR, KUR, atau Bank Indonesia. Dan jangan segan untuk berhubungan dengan BPP dan Dinas Pertanian,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa bisnis cabai sangat menjanjikan jika dijalani dengan baik. Kelangkaan pupuk tidak seharusnya menjadi penghalang, karena pupuk organik dapat dimanfaatkan.
“Penggunaan pupuk harus sesuai rekomendasi, karena jika tidak sesuai dengan takaran, justru hanya akan menjadi pemborosan modal usaha. Sebagai petani muda harus mempunyai visi ke depan untuk memajukan pertanian,” tambah Budi.
Ika Kurniasih, salah satu petani muda yang mengikuti kegiatan ini, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani yang masih membutuhkan pengetahuan dalam bertani.
“Kegiatan ini membuka wawasan bagaimana agar petani Kalimantan Selatan tidak hanya mengerti dalam hal budidaya tetapi juga mengerti dan dapat mengimplementasikan agribisnis dari hulu hingga ke hilir,” tuturnya.
Kegiatan studi banding ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi petani muda di Kalimantan Selatan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pertanian mereka, sehingga mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. (Tim Ekspos SMK-PPN Banjarbaru/kjc)