Waspada Speech Delay Atau Keterlambatan Berbicara Pada Anak

Ilustrasi speech delay atau suatu keterlambatan berbicara pada anak. (Foto: yoona.id)

Katajari.com – Sobat Idaman Kota Banjarbaru apakah sudah tahu apa itu Speech Delay pada anak? Speech delay merupakan suatu keterlambatan berbicara pada anak dalam menyampaikan sesuatu secara verbal.

Banyak faktor penyebab terjadinya speech delay atau keterlambatan berbicara, adapun gejala yang dapat diketahui orangtua terhadap anaknya.

Seperti, apabila merasa anak terlihat ada tanda dari gejala-gejala yang ada, maka silakan konsultasikan kepada dokter atau psikolog, agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat

Pengertian speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak. Penyebabnya terdiri dari kurangnya stimulasi yang diterima oleh anak sejak kecil.

Yaitu adanya interaksi dua arah antara orang tua dan anak. Mengalami hambatan pendengaran yang disebabkan adanya infeksi telinga.

Dipengaruhi pula karena gangguan perkembangan otak. Terlalu sering menonton televisi dan gadget yang kurang edukatif. Penutupan bilingual bahasa yang membuat anak belum matang mempelajarinya.

Terakhir adalah adanya gangguan perkembangan pada anak (autism spectrum disorder, intellectual defective). Antara lain;

0-6 bulan; tidak menoleh jika namanya dipanggil, tidak ada berpaling. Berikutnya, 6-12 bulan bayi tidak menunjuk dengan jari atau melambaikan tangan, menunjukkan ekspresi wajah yang kurang pada saat berusia 12 bulan, tidak bisa mengucapkan kata mama dan papa.

Usia 12-18 bulan tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan, belum mencapai kosa kata 5-50 kata. Usia 12-24 bulan tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan, hanya bisa meniru ucapan atau tindakan dan tidak menghasilkan kata atau frase secara spontan.

Sedangkan saat usia 24 bulan hanya mengucapkan beberapa bunyi atau kata beruang kali, tidak bisa mengikuti petunjuk sederhana. 24-36 bulan belum bisa menggunakan kalimat 2-3 kata mendekati usia 3 tahun.

Usia 36-47 bulan tidak ada pembicaraan yang dapat dimengerti orang lain, belum mampu mengucapkan percakapan 2-3 kalimat, belum mampu menyebutkan nama, umur, tempat, dan nama teman serta benda-benda yang dikenal, mengenal 2-4 warna, belum mampu mendengarkan crita, belum mampu mengikuti instruksi.

Memasuki usia 48-59 bulan bicara belum dimengerti, belum mampu menyebut lengkap tanpa dibantu, belum mampu menyebutkan angka, warna, dan nama nama hari, tidak mampu bertanya hal baru, belum mampu memberikan jawaban dengan kata kata yang benar, belum mampu bernanyi dan bercerita.

60-70 bulan tidak dapat menceritakan kembali atau merangkum sebuah cerita secara runtut dari awal, tengah sampai akhir.

Nah, penanganan yang dilakukan adalah latihan meniup (untuk melatih alat alat oralnya). Main bersama (gunakan kata sederhana saat bermain bersama).

Sering mengajak anak berbicara dan memebrikan tanggapan atas perkataannya. Membaca buku  verita atau mendongengkan anak. Mengenalkan nama benda-benda. Menyanyi bersama.

Memberi penggunaan gadget. Pendampingan saat anak menggunakan gadget. Tidak mencampurkan beberapa bahasa dalam satu kalimat. Melakukan konsultasi dengan dokter anak, psikiater, psikolog. Menjalani terapi. (kjc)