Katajari.com – Yayasan Abdul Aziz Halaby di Jalan Intan Raya Komplek Sofia Residence Kelurahan Loktabat Utara yang berdiri 2017, semula dari mengajari 15 anak sekitar komplek untuk mengaji Alquran, kini di tahun 2024 sudah memiliki lebih 570 santri.
Dipaparkan Pembina Yayasan Abdul Aziz Halaby, Hj Erna Lisa Halaby (ELH) bahwa terbentuknya Tempat Pendidikan Quran (TPQ) berawal pemikiran semua saudaranya tentang adanya tempat milik mereka di Komplek Sofia Residence tetapi saat itu tidak digunakan.
“Tepikirlah sayang kalau tidak dimanfaatkan atau tidak terpakai. Lalu, kita sepakat mengajak anak anak yang berlokasi sekitar Sofia Resindence, apakah sudah mengaji atau belum, bila belum, ayo mari gabung belajar mengaji di tempat kita. Ustaz dan ustazahnya nanti kita yang sediakan” ungkap Lisa Halaby.
Alhamdulillah, sebut Lisa Halaby, sekitar 10 sampai 15 anak bersedia mau ikut belajar mengaji, dengan fasilitas dan buku pelajaran mereka yang persiapkan.
Waktu itu belum ada bangunan permanen hanya sebuah tempat kecil berupa musala sekaligus tempat mengaji bagi keluarga.
Ternyata, berjalannya waktu hingga sekarang 2024 ini TPQ Al Halaby sudah menampung lebih 570 santri.
“Itu pun masih ada daftar tunggu bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sana (TPQ Al Halaby),” kata dia.
Semula, SPP digratiskan namun ternyata semakin diminati karena banyak yang ingin menimba ilmu, orang mampu juga ingin anaknya mengaji di TPQ Al Halaby juga diterima lantas cukup membayar biaya administrasi dan membeli seragam saja.
Yayasan Abdul Aziz Halaby menambah fasiitas ruangan dan belum lama tadi meresmikan gedung baru dengan dua lantai, sehingga seluruhnya sekarang menyediakan 10 ruang kelas. Juga penggunaan gedung lama sampai musala.
Ada dua sesi waktu pembelajaran TPQ Al Halaby, jam 14.00 Wita hingga 16.00 Wita, kemudian disambung lagi sesi berikutnya. Dengan jumlah ustaz dan ustazah sebanyak 33 orang.
“Kalau ishoma di kantor menyempatkan ke yayasan, melihat anak anak mengaji, monitor lingkungan,” ucapnya, yang ditemui di kediamannya di Cempaka, Selasa (9/7/2024).
Ada pemikiran lain saat ia melihat para orang tua santri sedang duduk di pojok atau bergerombol. Terbesit rencana kenapa tidak dibuka tilawatil khusus dewasa apalagi orang tua juga antusias dan tanpa ragu menyambut ingin mendapatkan pembelajaran mengaji.
“Koordinasi kepala sekolah, direspon baik dan menerima apa yang dikehendaki membuka pengajian untuk orang dewasa. Kami pun ada kelas tahfidh sebanyak empat kelas,” cetusnya. (kjc)