Katajari.com – Masa depan pertanian Indonesia adalah dengan menerapkan smart farming ,dengan penerapan hal tersebut akan terjadi efisensi baik dalam nutrisi, sampai konsumsi air.
Smart farming juga menjadi salah satu cara jitu mengantisipasi perubahan iklim ekstrim, sehingga wajib di adaptasi oleh para petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, perubahan iklim tidak dapat ditangani dengan cara yang biasa saja dan tidak bisa dianggap remeh.
“Karena, perubahan iklim bisa mengancam hasil pertanian. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi serta terobosan untuk menghadapinya. Salah satunya melalui Smart Farming,” sebut Menteri Syahrul.
Sebelum memberi arahan dan membuka kuliah umum didepan mahasiswa baru Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) YOMA, Kepala Badan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi berkesempatan meninjau lahan pertanian yang berada di Kampus Polbangtan YOMA, Sabtu (23/09/2023).
Pada kesempatan tersebut Dedi mengatakan sektor pertanian telah bertransformasi, kalau dahulu hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan, saat ini selain mencukupi kebutuhan juga mencakup aspek agribisnis yang menguntungkan.
Agribisnis adalah model pertanian modern, pertanian yang memaksimalkan pemanfaatan teknologi, salah satunya Smart Farming.
“Maksimal kan pemanfaatan Internet of thing dan terapkan Smart Farming, Keren, di sini (Polbangtan YOMA) sudah menerapkan hal ini,” katanya.
Keunggulan dari pemanfaatan Smart Farming adalah efisien, semisal walaupun Firman (Mahasiswa Polbangtan) sedang berada jauh dari lahan atau dimanapun, tetap dapat mengakses atau mengontrol lahan hanya melalui ponsel.
“Pemasaran juga harus diperhatikan, tentu ada harga ada kualitas. Utamakan rasa manisnya kan kalau melon, nutrisi yang dibutuhkan juga harus berkualitas dan tercukupi, sehingga jika diekspor harga nya dapat 10x lipat ketimbang yang dijual di pinggir jalan,” kata Dedi.
Intinya Smart Farming adalah pertanian cerdas, dilakukan oleh orang yang cerdas, cara yang cerdas dengan mengadopsi teknologi. Paling penting Petani harus menguasai pasar. (Tim Ekspos SMK PP Negeri Banjarbaru/kjc)